PRINSIPKU
INDONESIAKU
Indonesia adalah sebuah negeri kepulauan
yang sangat unik, penduduknya heterogen dan sumber daya alamnya banyak.
Penduduknya mayoritas islam, ada juga agama yang lain, ada juga yang masih
animisme. Tapi itu semua adalah warna warni dari Allah terhadap kita supaya
dengan itu kita mengenalNya. Bukankah Allah selalu menyuruh kita berpikir.
Bagiku dunia ini tidak bulat, ada bukit,
gunung, laut, jurang dan dataran tinggi dan rendah. Allah itu besar tidak
kecil, Allah itu luas tidak sempit. Maka cara mengenal Allah juga tidaklah
sekuno yang kita kira. Ingat bahwa Allah senang jika berzikir kepadaNya. Ingat
padaNya. Ada sebagian orang yang memilih untuk mengingatnnya dengan shalat dan
mengaji, dengan tahlil dan berdiskusi agama, dan masuk ked ayah atau pesantren.
Tapi aku ingin mengenalNya dengan hal yang menurutku merupakan ciptaanNya
paling besar didunia ini walau bentuknya kecil, yaitu akal dan otak.
Allah tidak menciptakan semuanya ini
dengan begitu saja dan sia-sia. Bagi Allah itu mudah, tapi dengan kemudahan itu
Allah menciptakan suatu system yang sangat rumit dan kompleks untuk kita
pahami. Suatu ilmu yang sangat besar untuk ditulis dalam memori manusia. Suatu
tingkatan yang bahkan akal kita dan otak kita tidak akan sanggup untuk mengerti.
Tapi ada batasan dimana otak kita akan mampu untuk memahami ilmuNya didunia ini
dan pada saat itu akal kita akan menyuruh kita untuk berzikir padanya, pada
saat itu kita akan menyebut asmaNya dan mumujiNya karena anugrahNya kepada
kita. Semakin kita mempelajari ilmu-ilmuNya di alam ini baik itu antariksa,
bumi atau laut, semuanya akan merujuk pada suatu penciptaan yang sangat luar
biasa. Dan semuany itu tidak mungkin terjadi dengan kebetulan. Maka ilmu-ilmu
itu harusnya meningkatkan keimanan kita kepada Allah swt.
Kembali ke permasalahan Indonesia.
Mengingat sejarah kelam, Indonesia memang
sejak dulu menderita, ada saatnya dimana wilayah wilayah negeri ini makmur dan
subur, penduduknya hiup dalam kemakmuran dan kedamaian. Tapi dunia ini
diciptakan berputar, ada kalanya kita diatas dan ada kalanya kita dibawah.
Walau dirasakan oleh generasi yang berbeda, itu semua ada maknanya. Pertama
adalah bagi kita generasi penerus agar tidak mengulang langkah yang sama, kedua
adalah ujian dan cobaan bagi generasi tersebut, setiap generasi ada cobaan,
begitu juga generasi kita yang sekarang. Mungkin mereka diuji dengan senjata,
sedangkan kita diuji dengan uang. Iman mereka diuji dengan nyawa, sedangkan
kita dengan amal. Benarlah rasulullah saw ketika mengatakan perang melawan hawa
nafsu lebih sulit daripada dimedan perang.
Belanda dengan kekristenannya benar benar
telah mengacaukan keislaman di Indonesia, walaupun islam tidak akan surut di
Indonesia, insyaAllah, tapi bibit kekacauan benar benar sudah merasuk kedalam
budaya di Indonesia. Kenapa dibilang bibit kekacauan, yaitu satu bibit yang
ditanam oleh belanda dan tumbuh subur dalam agresinya keseluruh penjuru
nusantara, yaitu keserakahan.
Belanda sadar mereka tidak akan bisa
menaklukkan iman. Dengan iman, sebuah pedang terlihat seperti gapura firdaus,
cambuk seperti benang-benang sutra dan medan perang seperti taman surga. Karena
itu mereka tidak sanggup terus-terusan berperang dengan islam, mereka membayar
orang orang dari negeri nusantara sendiri untuk melawan sesama saudaranya
sendiri. Begitu mudahnya uang membeli nyawa, dan begitu murahnya nyawa dimata
orang orang kafir.
Sekalipun sekarang Indonesia sudah
merdeka, bibit yang ditanam belanda masih terus tumbuh subur. Ketika sebuah
negeri baru muncul dengan sebuah symbol burung garuda yang mirip-mirip. Dan
sebuah dasar dibentuk bagi seseorang dalam berbangsa dan bernegara.
Allah menciptakan perbedaan, yang dengan
perbedaan itulah kita mengenal. Dan dengan perbedaan itu kita menguji, hanya
saja sangat sedikit orang yang sadar apa itu perbedaan. Kita akan sadar ketika
kita ditanya perbedaan, dan sebagian dari kita akan menjawab perbedaan adalah
rahmat. Tapi ketika kita dihadapkan dengan perbedaan itu, kita melupakan tujuan
baik dari perbedaan itu. Sangat mudah hati manusia itu berubah jika
persoalannya sudah material dan ego merasa diri paling benar.
Aku lebih memilih untuk berpikir positif
tentang pancasila, karena aku tahu bahwa tidak mudah menyusun 5 point yang akan
menjadi dasar Negara. Dan Allah menyuruh kita agar berprasangka baik, apalagi dengan
sesama muslim. Nabi berkata bahwa kita lebih tahu tentang urusan dunia. Dan
agama islam bukanlah agama yang berat, agama ini adalah sebuah kabar gembira
bukan kabar duka. Agama ini adalah petunjuk menuju kebenaran bukan kebatilan.
Agama ini adalah sebuah jalan yang diperuntukkan bagi semua orang berakal. Maka
seharusnya akal kita semua sanggup menerimanya, maka kenapa kita merasa berat ?
demi Allah kita merasa berat karena kita merasa Allah itu jauh.
Jadi, janganlah berpikir terlalu kaku
karena Allah menciptakan dunia ini dengan sangat luar biasa, ada 1 juta miliar
kemungkinan yang terjadi tentang bagaimana air terbentuk, dan semuanya menuju
ke satu tujuan yaitu membentuk air. Maka juga ada ribuan cara untuk mengenal
Allah, tentunya dengan cara yang Allah senangi.
Berpikirlah islam itu luas, jangan
terkekang oleh hal hal sepele. Hidup ini terus berjalan dan kita hanya dililit
oleh hal hal kecil yang membuat kita melupakan bagaimana masih banyak hal yang
bisa kita lakukan. Caranya mudah, asal kita mau lebih banyak mendengar dari
pada berbicara, selama kita yakin kita berada diaturan yang benar maka kenapa
akal dan wawasan kita harus kita tahan untuk berkembang. Bukankah Tauhid adalah
yang paling utama. Betapa banyak orang yang berdebat hal hal sepele seperti
mazhab, waktu shalat, qunut atau tidak qunut. Tapi iman sendiri belum berani
mereka betulkan.
Aku menerima pancasila, karena jika kita
memahaminya maka tidak ada pertentangan pancasila dengan islam. Pancasila malah
mendorong kita pada islam yang sesungguhnya. Jika dikatakan pancasila adalah
dasar Negara, maka bagiku sangat cocok dengan keislaman, dimana tiangnya islam
itu adalah shalat. Islam tampa shalat seperti pedang tampa gagang.
Jika ahli Negara mengatakan makna pancasila
adalah sejatinya Indonesia, cerminan bangsa sikap bangsa Indonesia. Dengan
pancasila maka Negara ini akan kuat dan pribadi pribadi pancasila adalah
pribadi berideologi. Maka mari kita bangunkan pancasila itu secara islam.
Sila kesatu ketuhanan yang maha esa
adalah shalat shubuh, shalat subuh menggambarkan derajat keimanan seseorang,
sebagaimana orang yang kaya tentu akan melakukan tindakan yang berbeda dengan
orang yang miskin. Begitulah iman seseorang, orang yang kaya imannya tentu akan
berbeda shalatnya dengan orang yang miskin imannya. Mereka yang kaya imannya
tentu akan memilih shalat shubuh tepat waktu dan berjamaah. Tapi orang yang
lemah imannya lebih memilih tidur dan bangun disiang bolong, semua orang tahu
itu, tapi sedikit yang sadar. Tragisnya adalah kebanyakan calon pemimpin dan
pemimpin kita adalah bagian orang yang kedua. Maka bagaimana kita bisa berharap
negeri ini akan makmur ketika kita mengaku bertuhan tapi para pemimpin dan
kebanyakan saudara, teman dan kolega kita adalah musuh-musuh Allah.
Iman adalah pondasi dari segalah perbuatan
kita. Iman adalah keyakinan, jalan yang akan menuntun kita kepada kebenaran
dimanapun dan kapanpun. Imanlah yang menahan kita ketika uang sogokan datang,
ketika kesempatan untuk mencuri datang, ketika kesempatan untuk melewati lampu
merah datang.Tapi jika iman itu lemah, maka kita seperti benteng yang
dindingnya bagus tapi sangat tipis, atau benteng yang kokoh tapi didalamnya
kosong tampa penjaga. Karena itulah lingkungan sekarang dimana anak buah dajjal
beredar di seluruh Indonesia, maka orang orang yang iman lemah itu dan sejak
awal uang adalah tuhan mereka akan sangat mudah berbelok. Maka ketika keimanan
itu luntur, maka jangan heran jika negeri ini dipimpin oleh koruptor dan para
oknum yang dengan senyumnya menghalalkan segala yang diharamkan.
Perlahan dan sedikit demi sedikit, kita akan
keropos, dan pada saat kita sadar mungkin Allah sudah mengazab kita,
nauzubillah. Shalat shubuh adalah shalat yang sangat berat untuk dilakukan
berjamaah. Jika ada 1 dari 4 orang didunia ini muslim, maka 3 dari 4 orang
muslim itu akan lebih senang tidur daripada shalat shubuh. Mereka baru shalat
ketika cukup lama berguling ditempat tidur atau ketika matahari mulai muncul.
Shalat shubuh ibarat seruan kebenaran di waktu yang sulit dan sangat mudah kita
tinggalkan. Inilah sebuah metafora yang sangat nyata tentang masyarakat kita.
Ketika kebanyakan dari kita meninggalkan seruan kebenaran itu, maka seruan
kebenaran apalagi yang akan mereka terima ? demi Allah shalat bukanlah sebuah
teori yang akan dipaparkan diruang kelas atau diceramahi saja, shalat adalah
perbuatan atau amal. Jika tidak dilakukan maka itu omong kosong. jadi buat apa
kita berbanyak omong kosong tentang kebenaran, jika sejak awal kita tidak
membuat pondasi tentang kebenaran itu. Hukum syariat islam, masyarakat madani,
atau civil society atau berbagai teori yang hanya menghabiskan banyak uang itu hanya
omong kosong saja jika kita ibaratkan teori itu hanya membahas dinding sampai
atap dan bangunan yang indah saja, tapi pondasi dan tanah tempat dibangunnya
tidak pernah diteliti untuk diperbaiki. Intinya adalah shalat shubuh, ini
adalah shalat kebenaran, dan sangat sedikit dari kita yang melakukannya dengan
benar.
Sila kedua kemanusiaan yang adil dan
beradab adalah shalat zhuhur. Shalat
zhuhur adalah shalat di siang hari, waktu dimana kebanyakan manusia sibuk
dengan urusan mereka dan sebagian dari yang lain memilih untuk istirahat dan
makan siang. Tapi berapa banyakkah orang yang sadar untuk melakukan shalat
zhuhur tepat waktu atau berjamaah ? banyak orang yang ingat, tapi sedikit orang
yang sadar sehingga dia mengamalkan, seperti kata Allah dalam al qur’an,
tidakkah kita berpikir, jangan Cuma ingat. Shalat zhuhur adalah meteran untuk
mengukur sifat “beradab” itu. Bagaimana seseorang mengaku beradab dan adil,
karena pada waktu itu dia dihadapkan untuk berlaku adil terhadap dunianya dan
akhiratnya, dia memilih salah satu dan melupakan salah satu. Maka ketika kita
dihadapkan untuk mengatur dunia maka jangan harap keadilan akan muncul dalam
benak kita. Karena secara tidak lansung, kita mengakui keimanan kita tapi kita
membatasi keimanan kita tersebut dengan pilihan-pilihan kita. Orang-orang
seperti inilah yang kemudian menduduki peringkat diatas. Kita akan maklum jika
seorang manusia melakukan kesalahan, tapi jika sejak awal kita sudah membohongi
diri sendiri tentang keadilan, kita melupakan sang pencipta demi ciptaan. Maka
patutkah kita bertanya dimana keadilan saat itu ? padahal kita sendiri yang
melupakan keadilan. Al qur’an mengatakan bahwa agar kita jangan takut dengan
kebenaran karena kebenaran itu milik Allah swt. Dan ketika kita ragu dengan
keadilan maka kita ragu terhadap Allah swt. Karena itulah shalat zhuhur
melambangkan keadilan dan bagaimana kita membangun peradaban, peradaban yang
bukan Cuma sekedar membangun dunia tapi juga iman. Karena itulah ketika orang
orang melakukan shalat zhuhur berjamaah, maka saat itupula mereka telah satu
langkah membuktikan bahwa mereka bisa berlaku adil dalam hidup, dan langkah
besar menuju masyarakat yang beradab.
Sila ketiga, Persatuan Indonesia adalah
shalat ashar. Ketika kita memasuki bangku sekolah, kuliah atau sebuah
organisasi kita selalu berjanji kepada teman teman kita bahwa kita memulai
bersama sama dan mengakhirinya bersama-sama. Tapi akhir adalah hal yang tidak
diketahui oleh orang. Ketika diperjalanan kelelahan menyerang dan macam
pengalaman yang tidak kita ketahui, kebanyak manusia tidak beruntung diakhir
dan sebagian justru beruntung. Maka sering kali banyak orang yang berubah
sikapnya, atau lingkungan tersebut membuatnya terpaksa berubah sikap. Salah
satu sifat dihati kita adalah rasa dengki kecil kecilan. Ketika kita tidak
mendapatkan hak yang sama dengan mereka, maka kita tidak akan senang dengan
kesenangan mereka sekalipun kita tidak merasa susah dengan kesenangan mereka.
Sering kali kita beranggapan apa yang baginya itu adalah haknya, anggapan itu
baik tapi belum cukup. Untuk menjalin sebuah persatuan, selain kita harus
ikhlas dengan apa yang kita dapatkan maka kita harus mensyukuri nikmat yang
kita dapatkan dan apa yang orang lain dapatkan. Maka pada saat itu ketika orang
lain senang dan susah kita akan turut merasakannya, dan dengan itu kita akan
bersama sama menyelesaikan masalah kita. Sering kali kita beranggapan bahwa
orang yang telah tercukupi itu tidak perlu dibantu, sedangkan ketika berpikiran
seperti itu kita sendiri tidak membantu orang yang membutuhkan bantuan. Ashar
adalah waktu dimana akan memasuki maghrib, dimana orang bersiap-siap pulang
kerumah mereka. Jenuh dengan pekerjaan, rasanya ingin segera kembali ke rumah
yang nyaman dan melepaskan strees pada badan. Pada waktu itu sebagian orang memilih untuk
bersama-sama berkumpul menuju mesjid untuk shalat, sedangkan sebagian yang lain
memilih untuk pulang atau pergi kemana yang mereka suka. Kita tidak melihat apa
yang orang lain lakukan tapi apa yang akan kita lakukan diwaktu ashar itu.
Apakah kita akan memilih untuk bersama-sama berjamaah melakukan kebaikan,
mengikat kembali persatuan kita dalam kebenaran sebelum akhirnya kita berpisah
atau lansung berpisah tampa shalat. Sebenarnya shalat adalah ajakan untuk
bersatu. Ketika waktu ashar tiba, orang orang mungkin terlalu lelah untuk
menyadari bahwa mereka diuji dengan perkataan mereka. Kita tidak bisa memaksa
orang untuk bersatu, para pembuat teori menjabarkan apa itu ‘persatuan’ dengan
panjang. ‘persatuan’ itu sendiri adalah sebuah pertanyaan bagi diri kita
sendiri, Apakah kita masih mau bersatu ketika kita semua ingin segera pulang ?
maka shalat ashar adalah parameter untuk menentukan persatuan itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar