Sabtu, 11 Januari 2014

Cara baru memandang pancasila 1


PRINSIPKU INDONESIAKU

Indonesia adalah sebuah negeri kepulauan yang sangat unik, penduduknya heterogen dan sumber daya alamnya banyak. Penduduknya mayoritas islam, ada juga agama yang lain, ada juga yang masih animisme. Tapi itu semua adalah warna warni dari Allah terhadap kita supaya dengan itu kita mengenalNya. Bukankah Allah selalu menyuruh kita berpikir.
Bagiku dunia ini tidak bulat, ada bukit, gunung, laut, jurang dan dataran tinggi dan rendah. Allah itu besar tidak kecil, Allah itu luas tidak sempit. Maka cara mengenal Allah juga tidaklah sekuno yang kita kira. Ingat bahwa Allah senang jika berzikir kepadaNya. Ingat padaNya. Ada sebagian orang yang memilih untuk mengingatnnya dengan shalat dan mengaji, dengan tahlil dan berdiskusi agama, dan masuk ked ayah atau pesantren. Tapi aku ingin mengenalNya dengan hal yang menurutku merupakan ciptaanNya paling besar didunia ini walau bentuknya kecil, yaitu akal dan otak.

Allah tidak menciptakan semuanya ini dengan begitu saja dan sia-sia. Bagi Allah itu mudah, tapi dengan kemudahan itu Allah menciptakan suatu system yang sangat rumit dan kompleks untuk kita pahami. Suatu ilmu yang sangat besar untuk ditulis dalam memori manusia. Suatu tingkatan yang bahkan akal kita dan otak kita tidak akan sanggup untuk mengerti. Tapi ada batasan dimana otak kita akan mampu untuk memahami ilmuNya didunia ini dan pada saat itu akal kita akan menyuruh kita untuk berzikir padanya, pada saat itu kita akan menyebut asmaNya dan mumujiNya karena anugrahNya kepada kita. Semakin kita mempelajari ilmu-ilmuNya di alam ini baik itu antariksa, bumi atau laut, semuanya akan merujuk pada suatu penciptaan yang sangat luar biasa. Dan semuany itu tidak mungkin terjadi dengan kebetulan. Maka ilmu-ilmu itu harusnya meningkatkan keimanan kita kepada Allah swt.

Kembali ke permasalahan Indonesia.

Mengingat sejarah kelam, Indonesia memang sejak dulu menderita, ada saatnya dimana wilayah wilayah negeri ini makmur dan subur, penduduknya hiup dalam kemakmuran dan kedamaian. Tapi dunia ini diciptakan berputar, ada kalanya kita diatas dan ada kalanya kita dibawah. Walau dirasakan oleh generasi yang berbeda, itu semua ada maknanya. Pertama adalah bagi kita generasi penerus agar tidak mengulang langkah yang sama, kedua adalah ujian dan cobaan bagi generasi tersebut, setiap generasi ada cobaan, begitu juga generasi kita yang sekarang. Mungkin mereka diuji dengan senjata, sedangkan kita diuji dengan uang. Iman mereka diuji dengan nyawa, sedangkan kita dengan amal. Benarlah rasulullah saw ketika mengatakan perang melawan hawa nafsu lebih sulit daripada dimedan perang.
Belanda dengan kekristenannya benar benar telah mengacaukan keislaman di Indonesia, walaupun islam tidak akan surut di Indonesia, insyaAllah, tapi bibit kekacauan benar benar sudah merasuk kedalam budaya di Indonesia. Kenapa dibilang bibit kekacauan, yaitu satu bibit yang ditanam oleh belanda dan tumbuh subur dalam agresinya keseluruh penjuru nusantara, yaitu keserakahan.
Belanda sadar mereka tidak akan bisa menaklukkan iman. Dengan iman, sebuah pedang terlihat seperti gapura firdaus, cambuk seperti benang-benang sutra dan medan perang seperti taman surga. Karena itu mereka tidak sanggup terus-terusan berperang dengan islam, mereka membayar orang orang dari negeri nusantara sendiri untuk melawan sesama saudaranya sendiri. Begitu mudahnya uang membeli nyawa, dan begitu murahnya nyawa dimata orang orang kafir.
Sekalipun sekarang Indonesia sudah merdeka, bibit yang ditanam belanda masih terus tumbuh subur. Ketika sebuah negeri baru muncul dengan sebuah symbol burung garuda yang mirip-mirip. Dan sebuah dasar dibentuk bagi seseorang dalam berbangsa dan bernegara.

Allah menciptakan perbedaan, yang dengan perbedaan itulah kita mengenal. Dan dengan perbedaan itu kita menguji, hanya saja sangat sedikit orang yang sadar apa itu perbedaan. Kita akan sadar ketika kita ditanya perbedaan, dan sebagian dari kita akan menjawab perbedaan adalah rahmat. Tapi ketika kita dihadapkan dengan perbedaan itu, kita melupakan tujuan baik dari perbedaan itu. Sangat mudah hati manusia itu berubah jika persoalannya sudah material dan ego merasa diri paling benar.
Aku lebih memilih untuk berpikir positif tentang pancasila, karena aku tahu bahwa tidak mudah menyusun 5 point yang akan menjadi dasar Negara. Dan Allah menyuruh kita agar berprasangka baik, apalagi dengan sesama muslim. Nabi berkata bahwa kita lebih tahu tentang urusan dunia. Dan agama islam bukanlah agama yang berat, agama ini adalah sebuah kabar gembira bukan kabar duka. Agama ini adalah petunjuk menuju kebenaran bukan kebatilan. Agama ini adalah sebuah jalan yang diperuntukkan bagi semua orang berakal. Maka seharusnya akal kita semua sanggup menerimanya, maka kenapa kita merasa berat ? demi Allah kita merasa berat karena kita merasa Allah itu jauh.
Jadi, janganlah berpikir terlalu kaku karena Allah menciptakan dunia ini dengan sangat luar biasa, ada 1 juta miliar kemungkinan yang terjadi tentang bagaimana air terbentuk, dan semuanya menuju ke satu tujuan yaitu membentuk air. Maka juga ada ribuan cara untuk mengenal Allah, tentunya dengan cara yang Allah senangi.

Berpikirlah islam itu luas, jangan terkekang oleh hal hal sepele. Hidup ini terus berjalan dan kita hanya dililit oleh hal hal kecil yang membuat kita melupakan bagaimana masih banyak hal yang bisa kita lakukan. Caranya mudah, asal kita mau lebih banyak mendengar dari pada berbicara, selama kita yakin kita berada diaturan yang benar maka kenapa akal dan wawasan kita harus kita tahan untuk berkembang. Bukankah Tauhid adalah yang paling utama. Betapa banyak orang yang berdebat hal hal sepele seperti mazhab, waktu shalat, qunut atau tidak qunut. Tapi iman sendiri belum berani mereka betulkan.
Aku menerima pancasila, karena jika kita memahaminya maka tidak ada pertentangan pancasila dengan islam. Pancasila malah mendorong kita pada islam yang sesungguhnya. Jika dikatakan pancasila adalah dasar Negara, maka bagiku sangat cocok dengan keislaman, dimana tiangnya islam itu adalah shalat. Islam tampa shalat seperti pedang tampa gagang.
Jika ahli Negara mengatakan makna pancasila adalah sejatinya Indonesia, cerminan bangsa sikap bangsa Indonesia. Dengan pancasila maka Negara ini akan kuat dan pribadi pribadi pancasila adalah pribadi berideologi. Maka mari kita bangunkan pancasila itu secara islam.

Sila kesatu ketuhanan yang maha esa adalah shalat shubuh, shalat subuh menggambarkan derajat keimanan seseorang, sebagaimana orang yang kaya tentu akan melakukan tindakan yang berbeda dengan orang yang miskin. Begitulah iman seseorang, orang yang kaya imannya tentu akan berbeda shalatnya dengan orang yang miskin imannya. Mereka yang kaya imannya tentu akan memilih shalat shubuh tepat waktu dan berjamaah. Tapi orang yang lemah imannya lebih memilih tidur dan bangun disiang bolong, semua orang tahu itu, tapi sedikit yang sadar. Tragisnya adalah kebanyakan calon pemimpin dan pemimpin kita adalah bagian orang yang kedua. Maka bagaimana kita bisa berharap negeri ini akan makmur ketika kita mengaku bertuhan tapi para pemimpin dan kebanyakan saudara, teman dan kolega kita adalah musuh-musuh Allah. 

Iman adalah pondasi dari segalah perbuatan kita. Iman adalah keyakinan, jalan yang akan menuntun kita kepada kebenaran dimanapun dan kapanpun. Imanlah yang menahan kita ketika uang sogokan datang, ketika kesempatan untuk mencuri datang, ketika kesempatan untuk melewati lampu merah datang.Tapi jika iman itu lemah, maka kita seperti benteng yang dindingnya bagus tapi sangat tipis, atau benteng yang kokoh tapi didalamnya kosong tampa penjaga. Karena itulah lingkungan sekarang dimana anak buah dajjal beredar di seluruh Indonesia, maka orang orang yang iman lemah itu dan sejak awal uang adalah tuhan mereka akan sangat mudah berbelok. Maka ketika keimanan itu luntur, maka jangan heran jika negeri ini dipimpin oleh koruptor dan para oknum yang dengan senyumnya menghalalkan segala yang diharamkan.  

Perlahan dan sedikit demi sedikit, kita akan keropos, dan pada saat kita sadar mungkin Allah sudah mengazab kita, nauzubillah. Shalat shubuh adalah shalat yang sangat berat untuk dilakukan berjamaah. Jika ada 1 dari 4 orang didunia ini muslim, maka 3 dari 4 orang muslim itu akan lebih senang tidur daripada shalat shubuh. Mereka baru shalat ketika cukup lama berguling ditempat tidur atau ketika matahari mulai muncul. Shalat shubuh ibarat seruan kebenaran di waktu yang sulit dan sangat mudah kita tinggalkan. Inilah sebuah metafora yang sangat nyata tentang masyarakat kita. Ketika kebanyakan dari kita meninggalkan seruan kebenaran itu, maka seruan kebenaran apalagi yang akan mereka terima ? demi Allah shalat bukanlah sebuah teori yang akan dipaparkan diruang kelas atau diceramahi saja, shalat adalah perbuatan atau amal. Jika tidak dilakukan maka itu omong kosong. jadi buat apa kita berbanyak omong kosong tentang kebenaran, jika sejak awal kita tidak membuat pondasi tentang kebenaran itu. Hukum syariat islam, masyarakat madani, atau civil society atau berbagai teori yang hanya menghabiskan banyak uang itu hanya omong kosong saja jika kita ibaratkan teori itu hanya membahas dinding sampai atap dan bangunan yang indah saja, tapi pondasi dan tanah tempat dibangunnya tidak pernah diteliti untuk diperbaiki. Intinya adalah shalat shubuh, ini adalah shalat kebenaran, dan sangat sedikit dari kita yang melakukannya dengan benar.
Sila kedua kemanusiaan yang adil dan beradab adalah shalat zhuhur.  Shalat zhuhur adalah shalat di siang hari, waktu dimana kebanyakan manusia sibuk dengan urusan mereka dan sebagian dari yang lain memilih untuk istirahat dan makan siang. Tapi berapa banyakkah orang yang sadar untuk melakukan shalat zhuhur tepat waktu atau berjamaah ? banyak orang yang ingat, tapi sedikit orang yang sadar sehingga dia mengamalkan, seperti kata Allah dalam al qur’an, tidakkah kita berpikir, jangan Cuma ingat. Shalat zhuhur adalah meteran untuk mengukur sifat “beradab” itu. Bagaimana seseorang mengaku beradab dan adil, karena pada waktu itu dia dihadapkan untuk berlaku adil terhadap dunianya dan akhiratnya, dia memilih salah satu dan melupakan salah satu. Maka ketika kita dihadapkan untuk mengatur dunia maka jangan harap keadilan akan muncul dalam benak kita. Karena secara tidak lansung, kita mengakui keimanan kita tapi kita membatasi keimanan kita tersebut dengan pilihan-pilihan kita. Orang-orang seperti inilah yang kemudian menduduki peringkat diatas. Kita akan maklum jika seorang manusia melakukan kesalahan, tapi jika sejak awal kita sudah membohongi diri sendiri tentang keadilan, kita melupakan sang pencipta demi ciptaan. Maka patutkah kita bertanya dimana keadilan saat itu ? padahal kita sendiri yang melupakan keadilan. Al qur’an mengatakan bahwa agar kita jangan takut dengan kebenaran karena kebenaran itu milik Allah swt. Dan ketika kita ragu dengan keadilan maka kita ragu terhadap Allah swt. Karena itulah shalat zhuhur melambangkan keadilan dan bagaimana kita membangun peradaban, peradaban yang bukan Cuma sekedar membangun dunia tapi juga iman. Karena itulah ketika orang orang melakukan shalat zhuhur berjamaah, maka saat itupula mereka telah satu langkah membuktikan bahwa mereka bisa berlaku adil dalam hidup, dan langkah besar menuju masyarakat yang beradab.

Sila ketiga, Persatuan Indonesia adalah shalat ashar. Ketika kita memasuki bangku sekolah, kuliah atau sebuah organisasi kita selalu berjanji kepada teman teman kita bahwa kita memulai bersama sama dan mengakhirinya bersama-sama. Tapi akhir adalah hal yang tidak diketahui oleh orang. Ketika diperjalanan kelelahan menyerang dan macam pengalaman yang tidak kita ketahui, kebanyak manusia tidak beruntung diakhir dan sebagian justru beruntung. Maka sering kali banyak orang yang berubah sikapnya, atau lingkungan tersebut membuatnya terpaksa berubah sikap. Salah satu sifat dihati kita adalah rasa dengki kecil kecilan. Ketika kita tidak mendapatkan hak yang sama dengan mereka, maka kita tidak akan senang dengan kesenangan mereka sekalipun kita tidak merasa susah dengan kesenangan mereka. 

Sering kali kita beranggapan apa yang baginya itu adalah haknya, anggapan itu baik tapi belum cukup. Untuk menjalin sebuah persatuan, selain kita harus ikhlas dengan apa yang kita dapatkan maka kita harus mensyukuri nikmat yang kita dapatkan dan apa yang orang lain dapatkan. Maka pada saat itu ketika orang lain senang dan susah kita akan turut merasakannya, dan dengan itu kita akan bersama sama menyelesaikan masalah kita. Sering kali kita beranggapan bahwa orang yang telah tercukupi itu tidak perlu dibantu, sedangkan ketika berpikiran seperti itu kita sendiri tidak membantu orang yang membutuhkan bantuan. Ashar adalah waktu dimana akan memasuki maghrib, dimana orang bersiap-siap pulang kerumah mereka. Jenuh dengan pekerjaan, rasanya ingin segera kembali ke rumah yang nyaman dan melepaskan strees pada badan.  Pada waktu itu sebagian orang memilih untuk bersama-sama berkumpul menuju mesjid untuk shalat, sedangkan sebagian yang lain memilih untuk pulang atau pergi kemana yang mereka suka. Kita tidak melihat apa yang orang lain lakukan tapi apa yang akan kita lakukan diwaktu ashar itu. Apakah kita akan memilih untuk bersama-sama berjamaah melakukan kebaikan, mengikat kembali persatuan kita dalam kebenaran sebelum akhirnya kita berpisah atau lansung berpisah tampa shalat. Sebenarnya shalat adalah ajakan untuk bersatu. Ketika waktu ashar tiba, orang orang mungkin terlalu lelah untuk menyadari bahwa mereka diuji dengan perkataan mereka. Kita tidak bisa memaksa orang untuk bersatu, para pembuat teori menjabarkan apa itu ‘persatuan’ dengan panjang. ‘persatuan’ itu sendiri adalah sebuah pertanyaan bagi diri kita sendiri, Apakah kita masih mau bersatu ketika kita semua ingin segera pulang ? maka shalat ashar adalah parameter untuk menentukan persatuan itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar